Indonesia dianggap menjadi salah satu negara penghasil rokok terbaik.
Bagaimana tidak, dari sekian banyak kota yang ada di Indonesia, ada empatkota
yang menjadi wilayah penghasil utamat embakau, cengkeh dan kretek.
1. Temanggung
Kota yang
berada persis di tengah pulau Jawa ini sangat terkenal dengan tembakau jenis
'srintil'. dalam sejarahnya, proyek penanaman tembakau dilakukan oleh
pemerintah berbarengan dengan proyek penanaman kopi robusta pada
tahun 1630.
Proyek tersebu tmenyebar keberbagai lahan kecamatan di Temanggung.Setidaknya ada 14 wilayah kecamatan yang menjadi lahan pertanian tembakau.
Pada tahun 1811 saja, produksi tembakau di Temanggung sudah mencapai 1.500 ton. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung mencatat, di 2009 jumlah produksi tembakau di wilyahnya mencapai 6.786 ton dari lahan seluas 13.088 hektar.
Proyek tersebu tmenyebar keberbagai lahan kecamatan di Temanggung.Setidaknya ada 14 wilayah kecamatan yang menjadi lahan pertanian tembakau.
Pada tahun 1811 saja, produksi tembakau di Temanggung sudah mencapai 1.500 ton. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Temanggung mencatat, di 2009 jumlah produksi tembakau di wilyahnya mencapai 6.786 ton dari lahan seluas 13.088 hektar.
2. Minahasa
Minahasa yang
lokasinya berdampingan dengan Manado, memiliki luas sebesar 1.029 km
persegi dengan sebagian besar merupakan kawasan dataran tinggi. Dengan geografi
yang dikelilingi 3 puncak gunung merapi yang masih aktif,
terdapat hamparan kebun cengkeh memnuhi lereng di desa-desa Minahasa.
Sebenarnya, cengkeh bukanlah tanaman asli Minahasa. Tanaman tersebut dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19 dari Kepulauan Maluku.
Menurut data BPS Minahasa , pada 2008 total lahan produktif yang menghasilkan cengkeh disana mencapai 23.138,25hektare. Lahan itu terpencar di 19 kecamatan yang ada di kota Minahasa.
Total produksi ditahun yang sama juga mencapai 18.742 ton. Dengan kecamatan Kombi yang tercatat sebagai wilayah penghasil cengkeh terbesar di Minahasa yakni 4.000 ton .
Sebenarnya, cengkeh bukanlah tanaman asli Minahasa. Tanaman tersebut dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda pada abad ke-19 dari Kepulauan Maluku.
Menurut data BPS Minahasa , pada 2008 total lahan produktif yang menghasilkan cengkeh disana mencapai 23.138,25hektare. Lahan itu terpencar di 19 kecamatan yang ada di kota Minahasa.
Total produksi ditahun yang sama juga mencapai 18.742 ton. Dengan kecamatan Kombi yang tercatat sebagai wilayah penghasil cengkeh terbesar di Minahasa yakni 4.000 ton .
3. Kudus
Kudus adalah salah satu kabupaten di pesisir utara pulau Jawa bagian tengah.
Meskipun sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah, namun Kudus juga
dikelilingi oleh jajaran perbukitan dan pegunungan Muria.
Dengan jenis tanah aluvial coklat tua, dan kemiringan 0-2 derajat, secara topografi tanah Kudus tidak cocok untuk di tanamkan tembakau. Itulah mengapa sebabnya industri yang tumbuh pada awalnya bukanlah rokok, melainkan industri lainnya seperti batik, kerajinan tangan, petasan dan sektor dagang dan jasa.
Namun pada sejak abad ke-17 industri-industri tersebut mulai merosot. Terlebih industri batik yang kalah pamor dengan wilaya hlainnya di pulau Jawa. Alhasil para pelaku industri mulai mencari usaha lainnya yang berlabuh pada industri rokok kretek.
Mulailah pada 1870an berjamuran para pelaku industri kretek. Sejak saat itu Kudus dikenal sebagai pusat industri kretek terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
Hampir seluruh wilayah Kudus sudah penuh sesak oleh industri kretek. Hanya Kecamatan Undaan yang terdapat 1 usaha kretek saja.
Kudus juga penyumbang PPN industri kretek terbesar dari seluruh industri ini yakni 98,73 persen dari total penerimaan PPN industri kretek sebesar Rp2,97 triliun. Sementara untuk cukai pada 2008 Kudus menghasilkan cukai hasil tembakau sebesar Rp13,57 triliun.
Ditahuh yang sama, Kudus juga mampu mencatatkan nilai ekspor kretrek sebesar USD66,84 juta.
Dengan jenis tanah aluvial coklat tua, dan kemiringan 0-2 derajat, secara topografi tanah Kudus tidak cocok untuk di tanamkan tembakau. Itulah mengapa sebabnya industri yang tumbuh pada awalnya bukanlah rokok, melainkan industri lainnya seperti batik, kerajinan tangan, petasan dan sektor dagang dan jasa.
Namun pada sejak abad ke-17 industri-industri tersebut mulai merosot. Terlebih industri batik yang kalah pamor dengan wilaya hlainnya di pulau Jawa. Alhasil para pelaku industri mulai mencari usaha lainnya yang berlabuh pada industri rokok kretek.
Mulailah pada 1870an berjamuran para pelaku industri kretek. Sejak saat itu Kudus dikenal sebagai pusat industri kretek terbesar di Indonesia, bahkan dunia.
Hampir seluruh wilayah Kudus sudah penuh sesak oleh industri kretek. Hanya Kecamatan Undaan yang terdapat 1 usaha kretek saja.
Kudus juga penyumbang PPN industri kretek terbesar dari seluruh industri ini yakni 98,73 persen dari total penerimaan PPN industri kretek sebesar Rp2,97 triliun. Sementara untuk cukai pada 2008 Kudus menghasilkan cukai hasil tembakau sebesar Rp13,57 triliun.
Ditahuh yang sama, Kudus juga mampu mencatatkan nilai ekspor kretrek sebesar USD66,84 juta.
4. Kediri
Pada 2010, Kota dan Kabupaten Kediri juga tercatat memperoleh Dana Bagi
Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) cukup besar, yakni Rp90,6 miliar.
Dana dari cukai tembakau tersebut digunakan oleh pemerintah Kabupaten Kediri
untuk membiayai pelayanan umum dan
pengembangan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Pada tahun yang sama, industri kretek di Kediri mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 42.900 orang. Dari jumlah tersebut, 70 persennya merupakan buruh dengan total 33.020 orang.
Pada tahun yang sama, industri kretek di Kediri mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 42.900 orang. Dari jumlah tersebut, 70 persennya merupakan buruh dengan total 33.020 orang.